Monday, June 8, 2009

Malaikat Jibril, Kerbau, Kelelawar dan Cacing

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya" .

Rasulullah s.a.w. adalah Manusia

Kehidupan Rasulullah s.a.w. merupakan contoh yang baik bagi manusia. Dalam khulwatnya ia melakukan sembahyang dengan khusyu', menangis dan lama berdiri sehingga kedua kakinya bengkak. Dalam masalah kebenaran ia tidak mempedulikan seseorang, demi mencari keridhaan Allah. Tetapi dalam kehidupannya dan perhubungannya dengan orang lain, dia adalah manusia biasa yang sangat cinta kepada kebaikan, wajahnya berseri-seri dan tersenyum, bergembira dan bermain-main, dan tidak mau berkata kecuali yang hak.
Ia sangat cinta kepada kegembiraan dan apa saja yang dapat membawa kepada kegembiraan itu. Ia tidak suka susah dan apa saja yang membawa kesusahan, seperti berhutang dan hal-hal yang menyebabkan orang bisa payah; dan selalu minta perlindungan kepada Allah dari perbuatan yang tidak baik.
Dalam doanya itu ia mengatakan:
"Ya Tuhanku! Sesungyuhnya aku minta perlindungan kepadaMu dari duka dan susah." (Riwayat Abu Daud)
Dalam salah satu riwayat diceriterakan tentang berguraunya dengan seorang perempuan tua, yaitu: ada seorang tua masuk rumah Nabi minta agar Nabi mendoakannya supaya ia masuk sorga. Maka jawab Nabi: "Sorga tidak dapat menerima orang tua!!!"
Mendengar jawaban itu si perempuan tua tersebut menangis tersedu-sedu karena beranggapan, bahwa ia tidak akan masuk sorga.
Setelah Rasulullah s.a.w. melihat keadaan si perempuan tersebut, kemudian ia menerangkan maksud dari omongannya itu, yaitu: "Bahwa seorang tua tidak akan masuk sorga dengan keadaan tua bangka, bahkan akan dirubah bentuknya oleh Allah dalam bentuk lain, sehingga dia akan masuk sorga dalam keadaan masih muda belia. Kemudian ia membacakan ayat:
"Sesungguhnya Kami ciptakan mereka itu dalam ciptaan yang lain, maka kami jadikan mereka itu

Syah Waliullah

Dr. lqbal, penyair dari Timur, menggambarkan Kaisar Aurangzeb yang terkenal itu bagaikan anak panah terakhir dalam getaran kekuasaan Islam di India. Kekuatan-kekuatan anti-Islam yang menonjol selama pemerintahan Kaisar Akbar, Jahangir dan Dara Shikah, telah dihentikan oleh Au-rangzeb, seorang raja Muslim yang jujur, teliti, bicaranya hati-hati dan bijaksana.
Dengan wafatnya Aurangzeb 1709 Masehi, timbul kekacauan politik yang kemudian memuncak dengan runtuhnya kekuasaan Muslim di Subkondnen itu. Keadaan politik yang berantakan itu adalah akibat kekacauan rohani masyarakatnya. Para pengganti Aurangzeb ternyata terlalu lemah dan tidak mampu menghadapi berbagai kekuatan yang memberontak. Dalam periode krisis sejarah Islam seperti itulah, lahir Shah Waliullah, seorang aili pikir terbesar yang dihasilkan India Islam, dan sangat besar pula jasanya. dalam penyatuan kembali susunan Islam.
Shall Waliullah dilahirkan pada tahun 1703 Masehi, empat tahun sebelum kecnadan Aurangzeb. Kakeknya bernama Syeikh Wajihuddin, perwira tinggi dalam ketentaraan KaisarJahangir, dan pembantu Aurangzeb dalam perang perebutan takhta. Ayah Waliullah, Shah Abdur Rahim, sufi dan sarjana terkenal yang telah membantu menyusun Fatwa-i-Alamgiri, buku tebal mengenai Hukum Islam, la menolak undangan istana, dan tetap mengabdikan tenaganya untuk organisasi dan pengajaran pada "Madrasah Rahimia", sebuah sekolah teologi. Sekolah ini yang kemudian memainkan peranan penting dalam emansipasi agama Islam di India. Madrasah ini yang mcaijadi tempat pendidikan pembaharu dan "almujahid" seperti Shah Waliullah, Shah Abdul Aziz, Sayid Ahmad dari Bareli, Maulvi Abdul Haiy, dan Shah Ismail Syahid.
Tentang ajaran Shah Abdul Rahim beserta kakaknya, Maulana Ubaidullah Sindhi menulis: "Inti ajaran kedua bersaudara itu ialah usaha untuk menemukan jalan bersama bagi para filsuf Muslim (para sufi dan para mutakallim) dan para fuqaha (ahli hukum Islam)."
Shah Waliullah mendapatkan pendidikan yang pertama dari ayahnya, yang juga adalah gurunya dan pengarah perkembangan rohaninya yang menjadi dewasa sebelum waktunya. Daya ingatannya kuat, ia hafal Quran pada usia yang sangat muda, tujuh tahun. Selang beberapa waktu setelah ayahnya meninggal dunia, 1131 Hijrah, ketika itu usia Waliullah belum 17 tahun, tapi sudah mulai mengajar di Madrasah Rahmulya milik ayahnya, dan meneruskan tugas ini selama 12 tahun sampai saat kepergiannya ke Arabia untuk studi yang lebih tinggi. Selama berada di Mekkah dan Madinah — ernpat belas bulan — ia berhubungan dengan para guru terkenal di Hejaz. Guru kesayangannya ialah Syeikh Abu Tahir bin lbrahim dari Madinah, dan dari guru ini Shah Waliullah mendapatkan Sanad (titel kesarjanaan) dalam bidang Hadis. Gurunya itu berpengetahuan seperti ensikiopedi. Shah Waliullah banyak sekali menimba manfaat dari padanya, dan mengakui bahwa gurunya teramat saleh, berpandangan luas, dan bakat kesarjanaannya luar biasa.
Sewaktu berada di Mekkah, Shah Waliullah bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan agar dirinya bekerja bagi organisasi pengembangan masyarakat Islam di India, la pun segera kembali ke Delhi pada 9 Juli, 1732, dan memulai tugasnya dengan sungguh-sungguh. la menghadapi tugas yang teramat berat pada masa di mana Muslimin India sedang dalam keadaan yang paling kritis dalam sejarahnya, begitu juga kondisi struktur sosial, politik, ekonomi, dan spiritual dalam keadaan yang terkoyak-koyak. la mulai mengajar pengetahuan agama dan mempercayakan kepada para muridnya untuk bekerja sebagai muallim yang memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sifat Islam yang sesungguhnya. la menulis buku standar pelajaran agama Islam, dan sebelum meninggal dunia dalam tahun 1762, ia telah menyelesaikan sejumlah besar buku-buku yang menyangkut tentang Islam.
Dedikasinya terhadap pekerjaannya demikian besarnya, sehingga menurut anak lelakinya, yang juga berbakat. Shah Abdul Aziz: "Beliau itu jarang sakit. Sekali beliau duduk untuk bekerja setelah dhuha (shalat setengah matahari terbit), beliau tidak bergeser dari tempatnya sampai tengah hari." la seorang genius, intelektual yang mengabdikan diri bagi tugas pendidikan umat yang terjerumus mendapatkan tuntunan agama Islam yang salah. Adalah tugasnya untuk menghidupkan kembali Islam di subkontinen itu, di mana keadaannya saat itu diliputi kabut filsafat dan tasawuf. la bertekad membawa Islam kepada ajarannya yang mumi.
Kegiatannya tidak hanya terbatas pada bidang kerohanian dan intelektual saja. la hidup dalam zaman yang bergejolak, dan selama hidupnya ia menyaksikan beberapa penguasa yang menduduki singgasana Delhi. Diberkahi dengan pandangan politik yang tajam, ia melihat dengan kesedihan yang mendalam akan kehancuran Islam di subkontinen itu, sehingga ia menulis surat kepada para penguasa politik seperti Ahmad Shah Abdali, Nizam ul Mulk, dan Najibuddaula, agar mereka menghentikan pembusukan yang telah melekat pada kehidupan polidk orang-orang Islam di India.
Berkat seruannya, Ahmad Shah Abdali muncul di medan pertempuran di Panipat, 1761, dan menghentikan impian Marhatta untuk menguasai benua kecil India.
Shah Waliullah itu seorang penulis yang produktif. la menulis dalam dua bahasa, Arab dan Persia. Sampai saat ini, beberapa di antara buku-bukunya itu tersimpan di seluruh wilayah literatur Islam, dan belum terungguli oleh buku lain.
Buku-bukunya dikiasifikasikan ke dalam enam kategori. Yang pertama, mengenai Quran, termasuk di dalamnya terjemahan Quran dalam bahasa Persia, bahasa sastra di Benua India pada waktu itu. Menurut Shah Waliullah, sasaran mempelajari Quran ialah, "Untak mengubah sifat manusia dan meluruskan kepercayaan yang salah, dan mencegah tindakan yang membuat orang teraniaya." Kategori yang kedua, mengenai Hadis. la mewariskan beberapa buku, termasuk tafsir Muwatta dalam bahasa Arab dan bahasa Rusia, kumpulan hadis Imam Malik. la menganggap penting Hadis Imam Malik ini melebihi Hadis Bukhari dan Muslim, la itu seorang Muhaddis (ahli hadis), dan semua muhaddis di anak benua ini dapat ditelusuri keturunannya sampai ke Imam Malik.
Kategori yang ketiga mengenai Fiqh, termasuk Insaf-fi-bayan-isabab-al-ikhtilaf, yang meskipun pendek tetapi merupakan tulisan yang menarik dan informatif tentang riwayat hukum Islam selama kurun waktu lima abad terakhir.
Kategori yang keempat, berkenaan dengan tasawuf. Yang kelima adalah buku-bukunya tentang filsafat Islam dan llm-al-Kalam.
Kategori yang keenam, buku-bukunya tentang masalah Dhia-Sunni yang pada masa itu terasa agak tajam. Teori-teorinya tentang ilmu ekonomi dan sosialisme bersifat revolusioner, sehingga ia bisa dianggap sebagai pendahulu Karl Marks. Syeikh Muhammad lkram mengatakan: "Shah Waliullah menulis buku-buku bermutu tinggi tentang berbagai gerakan yang kukuh dan bermanfaat. Tetapi barangkali tidak kalah pentingnya adalah pandangannya dan cara pendekatannya yang tidak tampak, yang diwariskannya kepada para intelektual Islam di anak benua India - Pakistan itu. Buku-bukunya memiliki wawasan, sikap moderat dan toleransi, tetapi sifat yang mendapat tekanan paling dalam ialah adl dan adalat (keadilan, kewajaran, keseimbangan). Buku-bukunya tercatat sebagai saksi tentang bagaimana cara ia melihat prinsip-prinsip tersebut di dalam praktek. Selalu ia tekankan betapa pentingnya peranan prinsip itu dalam teorinya untuk memelihara struktur sosial."
Shah Waliullah dilahirkan di lingkungan masyarakat Islam yang pada saat itu dikuasai oleh semangat tasawuf. Ayahnya sendiri seorang sufi terkenal. Tapi ketika ia berusia muda, ia terpengaruh oleh lbn Taimiyah, seorang pembaharu. Dan selama ia berada di Hejaz ia berhubungan dengan para guru yang dipengaruhi ajaran Wahabi. Hal-hal inilah yang menghentikan dia untuk terus mengikuti ajaran tasawuf secara buta. la menyadari betapa indahnya penyajian para sufi dalam syiar agania Islam di anak benua itu, dan ia juga tahu betapa perkembangan rohani Islam yang benar bisa dimulai dengan tasawuf. Tetapi toh ia harus kritis terhadap ajaran tasawuf yang berada di tebing ascetisme, dan oleh karena itu menyesatkan Islam yang benar. Dalam Wasiyat Nama (Kehendak) ia mengatakan, "Nasihat (wasiyat) selanjutnya ialah agar orang tidak mempercayakan urusannya kepada siapa pun dan tidak menjadi murid orang-orang suci zaman sekarang yang tidak beres."
Dengan memberikan interpretasi Islam pada ajaran tasawuf. Shah Waliullah menghapus ketidakpedulian yang ditinggalkan para ulama kepada tasawuf dan sufinya. "Maka dengan demikian. Shah Waliullah tidak hanya menjembatani jurang pemisah antara para sufi dan ulama, tapi juga menciptakan suasana harmonis dengan menghapuskan berbagai perbedaan yang ada di antara aliran-aliran tasawuf.
Shah Waliullah terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan polidk zaman itu. Sebagai seorang realistis, ia memberikan diagnose terhadap pelbagai penyakit yang merasuki politik masyarakat Islam, dan menganjurkan cara pengobatan untuk kesembuhannya. la mengkritik adat istiadat yang non-Islam yang telah merasuk ke dalam tubuh masyarakat Islam karena hubungannya dengan Hinduisme.
Shah Waliullah berpendapat bahwa perubahan politik harus didahului dengan revolusi pemikiran. Tidak pemah terlintas dalam benaknya bahwa perubahan struktur politik atau struktur sosial harus melalui revolusi berdarah. la menghendaki perubahan sosial yang revolusioner melalui sarana damai. Dalam bukunya yang terkenal Izaalat-al-Khifa ia membahas idiologi revolusi politik yang ia bayangkan.
la menganggap kesadaran diri sebagai syarat mutlak untuk "kesadaran politik". Dibahas juga secara terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan keadaan masyarakat di dalam bukunya yang abadi Hujjat-Ul-lah-i-Baligah.
Sekolah agamanya. Madrasah Rahimiya, menjadi pusat kebangkitan kembali Islam di anak benua itu. Siswa-siswa datang berkumpul dari segenap penjuru negara, mereka dididik menjadi pembawa obor gerakan kemerdekaan di anak benua itu. Sesungguhnya madrasah itulah yang menjadi inti gerakan revolusioner untuk rekonstruksi pemikiran-pemikiran di dalam agama Islam. Madrasah itu telah menghasilkan pekerja-pekerja ulet yang membawa misi dakwah dengan semangat muallim yang tinggi. Di antara mereka ada Maulana Muhammad Ashiq dari Phulat, Maulana Noorullah dari Budhana, Maulana Amin Kashmiri, Shah Abu Saud Radi Rai Bardi, dan anaknya sendiri. Shah Abdul Aziz, yang dibai'at dalam falsafah agama dan politik oleh ayahnya sendiri.
Shah Waliullah memainkan peranan penting dalam politik pada masanya. Besar bantuannya dalam menempa garis depan persatuan Islam melawan kekuatan Marhatta yang menanjak serta mengancam sisa kekuatan Islam di India bagian Utara. Dialah yang menulis kepada Nijibdauli dan Nizam iil Mulk, yang akhirnya mengundang Ahmad Shah Abdali guna menghancurkan kaum Marhatta di dalam pertempuran Punipat yang ketiga di tahun 1761. Suratnya kepada Ahmad Shah Abdali yang meminta ia supaya mengangkat senjata melawan kekuatan Marhatta yang mengancam di India itu, merupakan dokumen paling penting di abad ke-18. Dokumen itu, secara teliti menganalisa situasi politik di anak benua itu, dan bahaya yang mengancam Islam di India dari segala perijuru. la memilih pemimpin-pemimpm Islam yang paling bersemangat, paling mampu, dan memiliki disiplin paling tinggi pada masa itu untuk melawan kaum Marhatta. Di antara para pemimpin itu adalah Najibuddaula, pemimpin kaum Rohila yang mengagurnkan dan Ahmad Shah Abdali pemimpin orang-orang Pathan yang berani. Usaha-usahanya merencanakan perang pertama melawan kaum Marhatta membawa sukses, dan kehancuran kaum Marhatta di dalam pertempuran Panipat yang ketiga di tahun 1761 menjadi titik balik dalam sejarah anak benua India itu.
Shah Waliullah mendambakan negara ideal seperd zaman khalifah ar-Rasyidun. la selalu berusaha keras menehidupkan negara semacam itu

UMAR IBN AL-KHATTAB ± 586-644

Sebuah mesjid di Kairo diberi nama "Mesjid Umar ibn al-Khattab"
Umar Ibn al-Khattab adalah khalifah kedua, dan mungkin terbesar dari semua khalifah Islam. Dia sejaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad. Dan seperti juga Nabi Muhammad, dia kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi menurut taksiran tahun-586.
Asal-muasalnya `Umar Ibn al-Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas, menentang Nabi Muhammad dan Agama Islam habis-habisan. Tetapi, mendadak dia memeluk Islam itu dan berbalik menjadi pendukung gigih. (Ini ada persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). `Umar Ibn al-Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad.
Tahun 632 Nabi Muhammad SAW wafat, tanpa menunjuk penggantinya. Umar dengan cepat mendukung Abu Bakr sebagai pengganti, seorang sahabat dekat Nabi dan juga mertua beliau. Langkah ini mencegah ada kekuatan dan memungkinkan Abu Bakr secara umum diakui sebagai khalifah pertama, seperti "pengganti" Nabi Muhammad. Abu Bakar merupakan pemimpin yang berhasil tetapi beliau wafat sesudah jadi khalifah hanya selama dua tahun. Tetapi, Abu Bakr menunjuk `Umar jadi khalifah tahun 634 dan memegang kekuasaan hingga tahun 644 tatkala dia terbunuh di Madinah oleh perbuatan seorang budak Persia. Di atas tempat tidur menjelang wafatnya, `Umar menunjuk sebuah panita terdiri dari enam orang untuk memilih penggantinya. Dengan demikian lagi-lagi kesempatan adu kekuatan untuk kekuasaan terjauh. Panitia enam orang itu menunjuk `Usman selaku khalifah ke-3 yang memerintah tahun 644-656.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun `Umar itulah penaklukan-penaklukan penting dilakukan orang Arab. Tak lama sesudah `Umar pegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Arab menduduki Syiria dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Arab berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Arab telah menguasai seluruh Palestina dan Syiria, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Arab menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Arab terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum `Umar naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Arab terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan `Umar. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Arab. Dan bukan cuma itu: pasukan Arab bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642) mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya `Umar di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala `Umar wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Sama pentingnya dengan makna penaklukan-penaklukan yang dilakukan `Umar adalah kepermanenan dan kemantapan pemerintahannya. Iran, kendati penduduknya masuk Islam, berbarengan dengan itu mereka memperoleh kemerdekaannya dari pemerintahan Arab. Tetapi Suriah, Irak dan Mesir tidak pernah peroleh hal serupa. Negeri-negeri itu seluruhnya di-Arabkan hingga saat kini.
`Umar sudah barang tentu punya rencana apa yang harus dilakukannya terhadap daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh pasukan Arab. Dia memutuskan, orang Arab punya hak-hak istimewa dalam segi militer di daerah-daerah taklukan, mereka harus berdiam di kota-kota tertentu yang ditentukan untuk itu, terpisah dari penduduk setempat. Penduduk setempat harus bayar pajak kepada penakluk Muslimin (umumnya Arab), tetapi mereka dibiarkan hidup dengan aman dan tenteram. Khususnya, mereka tidak dipaksa memeluk Agama Islam. Dari hal itu sudahlah jelas bahwa penaklukan Arab lebih bersifat perang penaklukan nasionalis daripada suatu perang suci meskipun aspek agama bukannya tidak memainkan peranan.
Keberhasilan `Umar betul-betul mengesankan. Sesudah Nabi Muhammad, dia merupakan tokoh utama dalam hal penyerbuan oleh Islam. Tanpa penaklukan-penaklukannya yang secepat kilat, diragukan apakah Islam bisa tersebar luas sebagaimana dapat disaksikan sekarang ini. Lebih-lebih, kebanyakan daerah yang ditaklukkan dibawah pemerintahannya tetap menjadi Arab hingga kini. Jelas, tentu saja,Nabi Muhammad lah penggerak utamanya jika dia harus menerima penghargaan terhadap perkembangan ini. Tetapi, akan merupakan kekeliruan berat apabila kita mengecilkan saham peranan `Umar. Penaklukan-penaklukan yang dilakukannya bukanlah akibat otomatis dari inspirasi yang diberikan Nabi Muhammad. Perluasan mungkin saja bisa terjadi, tetapi tidaklah akan sampai sebesar itu kalau saja tanpa kepemimpinan `Umar yang brilian.