Wednesday, July 22, 2009

Sholahuddin Al-Ayyubi

Salahuddin Al Ayyubi atau Salah al-Din Yusuf Ibn Ayyub adalah seorang jenderal dan pejuang Muslim Kurdi yang lahir pada tahun 532H/1137M dan berasal dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia adalah seorang ulama besar sekaligus pejuang yang memiliki kepemimpinan, kekuatan militer, sifat ksatria, serta pengampun saat berperang melawan tentara salib.

Tiada yang menyangka bahwa sebelum ia menguasai Mesir dan menentang tentera Salib, suatu hari nanti ia akan merampas kembali Palestina dan menjadi pembela akidah Islamiah yang hebat. Salahuddin Al Ayyubi patut menjadi contoh pejuang mulia bagi kita semua.

Salahuddin dibesarkan sama seperti anak-anak orang Kurdi. Ayahnya adalah seorang gubernur di kota Mosul, Irak. Pendidikannya juga seperti orang lain, belajar ilmu-ilmu sains di samping seni peperangan dan mempertahankan diri. Salahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun. Dan pada tahun 1169, ia diangkat menjadi seorang wazir (konselor) di istana Nuruddin, Mesir.

Salahuddin adalah seorang pejuang berani dalam perang salib, dengan semangat jihad yang membara serta kecintaannya pada Allah swt. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk satu tujuan yaitu untuk membina kekuasaan Islam yang cukup kuat untuk menghalau orang kafir dari tanah Islam. Ketika menguasai Mesir, Salahuddin pernah berkata, “Ketika Allah menganugerahkan aku bumi Mesir, aku yakin Dia juga bermaksud Palestina untukku.” Maka ia pun menyerahkan dirinya di jalan jihad dan selalu menang dalam memperjuangkan Islam.

Ketika menjabat sebagai panglima perang dan pejabat tinggi pada Dinasti Fathimiyah, Salahuddin mereformasi ekonomi dan militer sehingga Dinasti Fathimiyyah menjadi makmur ekonominya dan kuat militernya. Salahudin berhasil mengusir Pasukan Salib dari Mesir, serta memperluas kekuasaannya di Syiria.

Bersamaan itu pula, Salahudin berhasil menyatukan kekhalifahan Islam, sehingga ia berpikir bahwa dengan kekuatan yang besar, ia akan mampu mengambil alih Yerusalem dari cengkeraman kaum salib. Namun, pada saat itu semangat juang kaum Muslim sangatlah lemah. Oleh karena itu Salahuddin ingin mengembalikan semangat juang kaumMuslim dengan menyegarkan kembali semangat juang dankepahlawanan Nabi Muhammad saw. Peristiwa inilah yang kemudian disebut sebagai Maulid Nabi Muhammad saw.

Pada mulanya gagasan Salahuddin tersebut ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi saw peringatan itutidak pernah ada. Dan hari raya resmi menurut ajaran Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Salahuddin Al Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Walau menang di berbagai pertempuran dan memiliki keuasaan yang besar, Salahuddin tetap rendah hati dan sangat bijak. Penduduk negeri-negeri yang ditaklukan diperlakukan dengan baik, hartanya tidak di rampok. Salahuddin juga memperlakukan rakyatnya dengan sangat adil tanpa pandang bulu. Misalnya ketika ia menjadi penguasa Mesir beliau tidak hanya terkenal baik terhadap muslim namun juga terhadap penduduk kristen dan yahudi. Sebagai penguasa, Salahuddin memperhatikan pembangunan di segala bidang. Di Kairo misalnya, Salahuddin tidak hanya membangun masjid dan istana, tetapi juga universitas, rumah sakit, pasar, taman, pemukiman, tempat peristirahatan dan sebagainya. Banyak peninggalan Salahuddin sekarang masih bisa dilihat di Mesir dan Syria.

Salahuddin wafat pada 3 Maret 1193 dikarenakan sakit yang dideritanya. Walau semasa hidupnya Salahuddin memiliki kekuasaan yang besar dan merupakan salah satu Khalifah Islam yang paling dermawan, namun ketika meninggal beliau tidak mempunyai harta apapun. Beliau sangat dikagumi tidak hanya oleh kaum Muslim tapi juga mendapatkan reputasi besar di kaum Kristen Eropa berkat kisah perang dan kepemimpinannya.

No comments:

Post a Comment